tag:blogger.com,1999:blog-14064664053845437072024-03-05T17:37:32.488-08:00ReviewUswahhttp://www.blogger.com/profile/13806757722289257296noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-1406466405384543707.post-86455272573677135312019-04-20T01:47:00.000-07:002019-04-20T01:47:04.657-07:00Refleksi Kisah-Kisah Kepemimpinan Bangsa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP8Roxg4GW9MFlmpm8DlPQDKUhh-j6WYNaf2DWJCVmq-HSLDep1eHMIUTidDXt0L6fwYLhO4JJiaX_KPuM9VdZ-_cPxLoi9arDZGjtyeQSRaZo63yx7-i2ju7kGNHHoyEN9XeXYs_B4y4/s1600/IMG-20180401-WA0025.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1263" data-original-width="1260" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP8Roxg4GW9MFlmpm8DlPQDKUhh-j6WYNaf2DWJCVmq-HSLDep1eHMIUTidDXt0L6fwYLhO4JJiaX_KPuM9VdZ-_cPxLoi9arDZGjtyeQSRaZo63yx7-i2ju7kGNHHoyEN9XeXYs_B4y4/s400/IMG-20180401-WA0025.jpg" width="398" /></a></div>
<b>Nama Buku: Kiai Kantong Bolong (Refleksi Kisah-Kisah Kepemimpinan Bangsa)</b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Penulis: Rijal Mumazziq Zionis</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penerbit: PT Elex Media Komputindo</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tahun Terbit: 2017</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Genre: Nonfiksi, Biografi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jumlah Halaman: 308</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pereview: <a href="https://www.facebook.com/miss.cupid" target="_blank">Uswah</a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Review bulan Maret 2018</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang anda fikirkan ketika status-status di facebook jadi buku? Pasti
penasaran status macam apa yang bisa sampe jadi buku tebalnya 308
halaman? 😮 Saya menyebutnya "Bukan Status Biasa" 😁</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Buku yang saya dapatkan langsung dari penulisnya ini merupakan kumpulan
status facebook penulis, kalau lihat jumlah halaman dan ketebalan buku
pasti mikir kan ini kumpulan status facebook selama berapa tahun? Saya
juga kurang tahu status sejak tahun berapa penulis <i>-berkat dorongan beberapa pihak- </i>akhirnya
mengabadikan postingannya dalam sebuah karya buku, tapi buku ini tidak
seluruhnya tertulis letterleg seperti status di facebook, boleh
dibilang semacam <i>syarah</i> dari status-status facebook yang disertai dengan referensi ilmiah dalam setiap pembahasannya. 😀</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya berteman dengan Gus Rijal Mumazziq Zionis tidak hanya di sosmed,
beliau kakak angkatan saya di UINSA (dulu IAIN Sunan Ampel) dan saya
aktif mengikuti status-statusnya yang sangat mencerahkan, tidak plagiat
juga lain dari yang lain 😄 kebanyakan isinya banyolan-banyolan
menanggapi peristiwa kekinian, baik itu isu politik, agama ataupun
sosial. Gaya penulisannya memang disetting <i>ngakakable,</i> bikin
pembacanya ngakak online 😂, sebagaimana yang dituliskan di bukunya hal.
295 tentang cara cerdas melawan permusuhan adalah dengan 3 cara, <b>pertama</b> membalas dengan telak, <b>kedua </b>membalas dengan cinta kasih dan yang <b>ketiga </b>membalas
dengan kocak. Demi apa serius baca status panjang bin lebar tentang
politik pada akhir tulisannya ditambahi caption “siapakah nama ayah
Jarjit?", atau "turunkan harga kinderjoy!" 😆 Tak kenal maka tak sayang,
temen-temen bisa jadi follower (kuota konfirm teman sudah full) Gus
Rijal di akun facebooknya <b><a href="https://www.facebook.com/penerbit.imtiyaz" target="_blank">Rijal Mumazziq Z</a></b>
untuk mencerahkan timeline klean yang mulai tidak sehat paska pilpres
dan pilkada. (Wait.. Ini review buku apa review akun fb yak 😝). Ya
sudah, anggap saja itu tadi muqoddimah dan penjelasan tentang
sebab-sebab launchingnya buku.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Judul "Kiai Kantong Bolong" terinspirasi dari Cak Nun dengan falsafahnya
ketika menceritakan sosok Petruk, Kantong Bolong bermakna kekosongan
jiwa, tidak dipenuhi dengan syahwat, karena yang terisi akan dibiaskan
kembali, kantong bolong juga bermakna saku yang berlubang, setiap
pemberian akan diberikan, sehingga tidak akan ada keduniawian yang
nyangkut di hati. (hal. 163)</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengutip dawuh KH. Muwafiq, kita ini tidak usah jauh-jauh meniru akhlak
Kanjeng Nabi, karena Kanjeng Nabi itu akhlaknya paripurna, kita ini cuma
kecipratan sedikit akhlaknya poro sesepuh dan alim ulama yang merupakan
pewaris akhlak Nabi. Pesan Yai Muwafiq ini saya amini saat membaca buku
ini, saya dibikin mewek di kesan pertama membaca manusia-manusia langit
(hal. 1), <i>lha piye ndak mewek?</i> Manusia-manusia langit adalah
kisah mereka yang memiliki kedalaman mata batin dalam menilai sesuatu,
mana barang-barang yang dihasilkan dari pekerjaan yang haram, mana
barang-barang yang mengandung syubhat dan mana barang-barang yang bukan
hak milik, saya menyebutnya mukasyafah, kisah-kisah unik disini bikin
merinding, tentang bensin bau amis, tangan mendadak stroke karena
memegang cangkir wedang yang rukun jual belinya belum sempurna, dsb. Hal
macam ini bagi saya khususnya mungkin hal yang sepele, tapi para
sesepuh dan alim ulama atau bahkan orang tua kita sangat berhati-hati
sekali, karena tubuh yang menerima barang halal akan memudahkan
seseorang dalam berwusul ilallah dan beramal. Sesuai dengan filosofi
Kantong Bolong.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah rampung membaca manusia-manusia langit, saya lalu dikenalkan
dengan KH Achmad Zaini Syafawi yang disebut-sebut "Lelaki yang tidak
punya duri di hatinya", juga penjabaran Cak Nun tentang "manusia yang
selesai dengan dirinya sendiri", dan banyak lagi kisah-kisah keteladanan
yang dikupas dengan begitu dramatis, tidak hanya membahas tentang
keteladanan Ulama Nusantara dan Pemimpin-Pemimpin Bangsa seperti
Presiden Soekarno, Presiden Gus Dur, Presiden Jokowi, Ignasius Jonan,
Bung Hatta, Bu Risma dalam The Power of Emak yang jadi pembahasan
favorit saya juga dituang di buku ini, Muhammad Ali, Nelson Mandela,
tokoh-tokoh luar negri yang menginspirasi juga diulas dengan begitu
apik. Film-film Hollywood dan Bollywood tidak luput dibidik disini.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain, ada sosok-sosok <i>khumul</i>, yang memilih berjuang di
balik layar, bukan singa-singa podium yang mengujar dan mengajar
kebaikan di atas panggung, mereka adalah perawat jenazah-jenazah yang
tidak terawat, yang diasingkan orang lain, yang tak bertuan, sang
penggerak tersebut adalah Mas Chabib Wibowo, dengan kebajikan yang sama,
di Pakistan ada Maulana Abdussattar Edhi, ada pula pesantren Milinium
Roudlotul Jannah asuhan Gus Mad yang merawat ratusan bayi terlantar atau
bayi dibuang dan anak yatim, atau Ponpes Metal Kyai Abu Bakar Cholil
yang merawat anak terlantar, pecandu narkoba, orang gila. Di tengah
gemerlap dunia prostitusi, ada sosok yang dengan sabar selama puluhan
taun menjadi murabbirruh bagi para PSK. Dialah Kyai Khoiron Syuaib, yang
berdakwah dengan ramah, bukan dengan marah. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Membaca buku ini serasa membaca rentetan tawassul, sebab setelah membaca
kisah yang inspiratif dari sosok-sosok manusia inspiratif hati
senantiasa tergerak mengirimkan fatihah. Di samping itu, saya bersyukur
karena mengetahui masih banyak Kiai-kiai kantong bolong juga
manusia-manusia langit di dunia ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mojokerto, 01 April 2018</div>
Uswahhttp://www.blogger.com/profile/13806757722289257296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1406466405384543707.post-6710669892414038852019-04-20T01:16:00.001-07:002019-04-20T01:16:25.097-07:00Gadis Pantai, Sebuah Tradisi Poligami Bangsawan Jawa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjepmrQFA7ZEAz8VH3QTMl7bL3yRoAlH00JtydOYmpoDpcJOtknhYF-CBsh4Njzua4JoWL7w8goZYRb0ml9uZrR68kl-4c_6JZD3K_9iv8j_mPVJdxC2Ze_NIZAGQPCBdz-XwLoPaX1-8A/s1600/20180305_154906_mr1520239892929.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1600" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjepmrQFA7ZEAz8VH3QTMl7bL3yRoAlH00JtydOYmpoDpcJOtknhYF-CBsh4Njzua4JoWL7w8goZYRb0ml9uZrR68kl-4c_6JZD3K_9iv8j_mPVJdxC2Ze_NIZAGQPCBdz-XwLoPaX1-8A/s400/20180305_154906_mr1520239892929.jpg" width="400" /></a></div>
<b>Judul Buku: Gadis Pantai</b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Penulis: Pramoedya Ananta Toer</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penerbit: Lentera Dipantara, Jakarta</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tahun Terbit: 2011</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Genre: Historical - Fiction</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jumlah Halaman: 270</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pereview: Uswah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
*review mengandung spoiler semua 😀 <i>ditulis untuk memperingati Hari Kartini.</i><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah ketemu sama buku ini, waktu itu hamil anak pertama, niatnya
jalan-jalan ke Benteng Pancasila, Mojokerto. Lalu ngelirik ada yang
jualan buku, jarang-jarang loh di Mojokerto kota ada orang jualan buku
😛 (karna Mojokerto lebih banyak peminat kopi maka dari itu warkop e <i>umbyuk'an </i>😆) dan langsung klik sama buku si empunya Bumi Manusia ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Eyang Pram ini begitu lihai menguraikan kisah tentang perempuan, karena
beliau sendiri memang pengagum dan menghormati sosok perempuan, sebagian
besar karya Pram menceritakan tentang perempuan, salah satunya novel
berjudul Gadis Pantai ini yang ternyata true story dari neneknya Pram
pemirsahh. Kisahnya epic banget sumpah. 😣 Btw, novel ini sebenernya
trilogi, tapi 2 lainnya dibakar naskahnya karna dilarang terbit saat
pemerintahannya Pak Harto. Jadi ga tau lanjutan kisah Gadis Pantai ini
bagaimana, unfinished story 😭😭😭</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tokoh yang menonjol dalam novel ini ada 3, <b>Gadis Pantai</b> (tidak disebutkan siapa namanya dari awal sampai akhir) yang dipanggil <i>Mas Nganten</i> (gelar kebangsawanan jawa, istri dari priayi), <b>Simbok</b> (Pelayan Gadis Pantai) dan <b>Bendoro </b>(Suami Gadis Pantai yang merupakan Bangsawan Jawa).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Roman ini menusuk feodalisme Jawa yang tak memiliki adab dan jiwa kemanusiaan tepat langsung di jantungnya yang paling dalam,</i> kata Pram. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Gadis Pantai yang lugu, kesehariannya menjemur ikan di laut dan membuat
terasi harus dikirim ke kota untuk menjadi istri Bendoro, Bendoro yang
ganteng berperawakan tinggi proporsional itu terpikat dengan wajah manis
Gadis Pantai, sangat mudah sekali bagi seorang Bendoro melamar Gadis
Pantai, orang tua Gadis Pantai mendapatkan kehormatan dan kekayaan,
sedangkan Bendoro mendapatkan istri dengan wajah yang manis dan tubuh
mungil berkulit kuning langsat. Gadis Pantai disulap oleh Simbok menjadi
perempuan cantik yang gilang gemilang, tidak lagi berjemur di pinggiran
laut menunggu bapaknya pulang dan menjemur ikan. Berat sekali awalnya
bagi Gadis Pantai untuk tinggal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
di rumah Bendoro, ia harus akrab dengan tata krama yang tidak pernah ia
praktikkan saat kecil di kampungnya, dimana laut adalah bumi dan
rumahnya. Simbok lah yang mengajarkan tata krama itu, membuatnya pantas
menjadi istri priayi. Gadis Pantai diajarkan bendoro cara sholat,
membaca Al-Qur'an. Bendoro bukan hanya administrator Belanda pada
zamannya, tapi juga seorang Ulama yang kerap berdakwah mensyiarkan agama
islam. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Lantas milik perempuan itu sendiri apa?"</i>. Tanya Gadis Pantai</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Tidak ada, Mas Nganten. Dia sendiri hak milik lelaki"</i>. Petuah Simbok. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Gadis Pantai menjadi burung dalam sangkar emas,<i> trisna jalaran saka kulina </i>kalau
pepatah Jawa mengatakan, Gadis Pantai akhirnya jatuh cinta pada
Bendoro, layaknya perempuan lain yang jatuh cinta, Gadis Pantai pun
mulai merasakan cemburu dan gelisah jika Bendoro tidak pulang ke rumah.
Simbok sering mengingatkan Gadis Pantai untuk tidak berharap lebih,
karena Simbok tau, pada waktu yang telah lalu, Bendoro hanya butuh
menikah dan memiliki anak, tanpa ada welas asih atau perhatian kepada
istri-istrinya. Setelah hasratnya tercapai, perempuan-perempuan itu akan
diceraikan tanpa sebab. Simbok menahan diri untuk tidak mengatakan
sesuatu yang buruk tentang tuannya. Meskipun Simbok tau, kelak Mas
Nganten akan mengalaminya. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu ketika terjadi perdebatan antara Gadis Pantai dengan pelayannya,
Mardinah. Kali ini bukan lagi Simbok, sebab Simbok telah diusir karena
mengungkap kebenaran bahwa putra Bendoro mencuri uang Mas Nganten, tidak
hanya Simbok, tapi putra Bendoro yang terbukti mencuri uang juga diusir
dari rumah, Mardinah mengatakan bahwa Bendoro status (sosial)nya masih
perjaka. Gadis Pantai bingung, padahal agus-agus (panggilan putra
Bendoro) tumbuh bersama dengan ibu yang berbeda, perdebatan sengitnya
dengan Mardinah membuat Gadis Pantai tau, bahwa status Perjaka Bendoro
dikarenakan Bendoro hanya menikah dengan istri-istri percobaan. Istri
percobaan adalah perempuan yang dikawini dari kalangan rakjel alias
rakyat jelata, status para bangsawan selama nikah dengan istri-istri
percobaan itu adalah "perjaka" ga peduli anaknya sudah <i>limolas </i>atau
berapa. Mereka dinyatakan sah sebagai suami ketika para bangsawan itu
menikah dengan perempuan dari kalangan bangsawan juga 😒 sedih ga sih?
😭 Gadis Pantai mulai tumbang, betapa mudahnya bangsawan-bangsawan Jawa
itu kawin-cerai, kawin-cerai dengan istri-istri percobaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Well,</i> saya mengamini sejarah ini, karena Kartini, pada saat itu
ibunya Ngasirah bukanlah dari kalangan bangsawan, sedangkan ayahnya
Sosroningrat dari kalangan bangsawan, peraturan saat itu mengharuskan
bupati beristrikan dengan keturunan bangsawan, maka RM Sosroningrat
menikah dengan keturunan bangsawan bernama RA. Moerjam yang merupakan
keturunan Raja Madura. Jadi urusan nikah sesama bangsawan ini ngerepoti
hajat hidup orang banyak, gaes.. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Gadis Pantai mengandung buah cintanya dengan Bendoro, berharap kelak
anaknya laki-laki dan kisah perceraian dengan istri bendoro yang
dulu-dulu tidak dialaminya. Tapi takdir berkata lain, setelah Gadis
Pantai melahirkan dan anaknya berumur 2 bulan, Gadis Pantai diceraikan
tanpa sebab, juga dipisahkan dari anaknya. Setelah usahanya berkali-kali
memohon kepada Bendoro untuk hidup bersama anaknya tak direstui
Bendoro, pada akhirnya ia pasrah, terlalu malu kembali ke kampungnya,
iapun pergi mencari simbok, pelayannya yang selalu mendongenginya kisah
Nabi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<b>"kamu mesti belajar menangis buat dirimu sendiri. Tak perlu orang
lain lihat atau dengarkan, kau mesti belajar menyukakan hati semua
orang"</b></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
- Pramoedya -</div>
Uswahhttp://www.blogger.com/profile/13806757722289257296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1406466405384543707.post-36566235794841078642019-04-20T01:11:00.001-07:002019-04-20T01:11:21.398-07:00Kontroversi Rokok<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqKauM0uyXKioJn9BOpAcXLKwhpetmJ5FQEbRz1X6RL5OZ-zO8dZXH1J9c3R9vIjx3vrLEZ_kR05zHRFLTnI1IMZaxXQifxXSY3sAesJnhM6iwHFiTdqcmq_tJX015hOI-mzaUgDYLI1c/s1600/timthumb.php.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="844" data-original-width="604" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqKauM0uyXKioJn9BOpAcXLKwhpetmJ5FQEbRz1X6RL5OZ-zO8dZXH1J9c3R9vIjx3vrLEZ_kR05zHRFLTnI1IMZaxXQifxXSY3sAesJnhM6iwHFiTdqcmq_tJX015hOI-mzaUgDYLI1c/s400/timthumb.php.jpg" width="286" /></a></div>
<b>Judul buku: Nicotine War (Perang Nikotin dan Pedagang Obat)</b><br />
<b>Pengarang: Wanda Hamilton</b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Penerjemah: Sigit Djatmiko</b><br />
<b>Genre: Nonfiksi </b><br />
<b>Penerbit: INSISTPress</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tebal Halaman: 137 Halaman </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tahun terbit: 2010</b><br />
<b>Di review oleh: Uswah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Rokok tidak hanya sekedar kampanye kesehatan tanpa nikotin ataupun
sputar halal haram yang kerap difatwakan oleh sebagian ulama yang anti
rokok, lebih dari itu rokok sangat erat hubungannya dengan petani,
buruh, maupun produk kebanggan Indonesia. Kampanye antirokok perlu
konsensus, bukan hanya dibilang haram atau merusak kesehatan, sebab jika
tidak diwaspadai secara politis mudah ditunggangi kepentingan bisnis
global yang akan mematikan industri rokok kita sendiri, memerangi rokok
merupakan rekayasa perusahaan farmasi trans-nasional<br />
<br />
Ada 3 fakta; </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kampanye nikotin berdampak negatif bagi kesehatan adalah publikasi sesat yg dirancang industri farmasi berskala raksasa <br />
<br />
2. Tiga industri farmasi “menyuap” USD 750,000 untuk mendukung kampanye
WHO’s Nicotine Replacement Therapy, agar industri farmasi bebas
memanfaatkan nikotin untuk obat-obatan rokok <br />
<br />
3. Ujung dari perang besar terhadap tembakau ini, tak lain adalah
menjual obat-obatan anti rokok berupa permen, koyo, obat tetes, tablet,
inheler, dll<br />
<br />
Selain itu, perang terhadap rokok dimulai dari setitik kebenaran bahwa
rokok memiliki satu faktor resiko kanker paru-paru, yang kemudian
dikembangkan untuk mengikis kredibilitas pemerintah dan men-subversi
rule of law. Ilmu sampah menggantikan ilmu pengetahuan yang jujur,
propaganda diparadekan sebagai fakta. Ujungnya, strategi antitembakau
mengubah pola pikir masyarakat dunia, bahwa merokok yg sebnarnya
merupakan "kebiasaan" - habitualing - menjadi "ketagihan" - addicting -
yang buruk. Artinya, secara terapis hal itu harus ditangani.<br />
<br />
Pelarangan merokok akan berdampak pada pergeseran nilai budaya yg sdh
tertanam sjk abad ke-16 di masa Rara Mendut, bahkan jauh sebelum itu. <br />
<br />
Terakhir: persoalan rokok didudukkan secara hati-hati, adil, proporsional dan mendasarkan pada basis data yang benar-benar valid</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mojokerto, 30 Desember 2017</div>
Uswahhttp://www.blogger.com/profile/13806757722289257296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1406466405384543707.post-50968791406935587562019-04-13T01:49:00.000-07:002019-04-20T01:08:04.388-07:00Bagaimana Islam Memandang Rokok?<div style="text-align: justify;">
<b>Judul Buku: Nasehat bagi Lelaki (dalam Memahami dalil-dalil hukum merokok)<br />Pengarang: Ibnu Harjo<br />Penerbit: - <br />Tahun Terbit: 2014<br />Genre: Nonfiksi<br />Jumlah Halaman: 29 Hal</b><br />
<b>Pereview: Uswah</b><br />
<br />
Judul aslinya adalah <i>Tanbihul Ikhwan ala Tafahum Adillati Hukm al-Dukhan</i>, Nasehat bagi Lelaki dalam memahami dalil-dalil hukum merokok.<br />
<br />
Buku ini memang judulnya sama dengan kitab karangan Simbah Kyai Ahmad
Bakri As-Sampuri (Mama Sampur) dari Purwakarta, yang mengkritik
Ulama-Ulama pembaharu Islam yang mengatakan bahwa ijtihad masih dibuka
selebar-lebarnya. Widiiih ngeri ya bahasannya kalau membahas ulama-ulama
yang kredibel, yang jidal (bantahan) dan diskusinya bukan dengan
marah-marah, tapi dengan saling berbalas menulis buku. jadi inget sama
Imam Al-Ghazali dan Ibn Rusyd yang perbedaan corak pemikirannya
dituangkan dengan saling membuat buku, Al-Ghazali mengkritik para
filosof dengan membuat buku Tahafut Al-Falasifah, lalu buku tersebut
dibantah oleh Ibn Rusyd dengan membuat buku dengan judul Tahafut
al-Tahafut.<br />
<br />
Eitsss tapi buku ini gak sehoror kitab kembarannya, heuheu.. Ini buku
santai kaya di pantai, dikemas dengan begitu ringan dan tipiss karena
memang awalnya buku ini jadi muqoddimah buku karangan Ibnu Harjo sendiri
yang berjudul <i>"Nuzhah al-Afham"</i>, tetapi berhubung buku Nuzhah
sudah terlanjur dicetak jadi si muqoddimah ini terpisah dari empunya dan
berdirilah sendiri dengan nama<i> "Tanbih al-Ikhwan"</i>, langsung saja
pada poinnya, membahas rokok yang sudah jadi budaya lebih khusus budaya
orang pesantren (yang sudah senior 😛), kalau di kalangan Pesantren
memang sudah masyhur yang namanya Kitab Irsyad al-Ikhwan, Karya Mbah Yai
Ihsan Jampes, kitab yang membahas tentang kopi dan rokok, tapi yang
bahas udah banyak banget, dan sudah ada yang menerjemahkannya, jadi saya
review yang belum ada perivewnya aja, buku ini saya dapatkan langsung
dari pengarangnya, jadi ntar tanya dulu boleh ga saya kasih link
download kitabnya hahaa.. <br />
<br />
Oh ya, ini penampakan bukunya ya<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOEMlPWXT8q14Wyg79jvbeI8m48Utezu-FPO_vRH5psmDGslnaYnP4_UlNwE_-KkwD0paqMMRvY-BWlOT9F3uX_-uFuxmKx4qMY0us5GBIlXjjR7g8VuhPYaK79f3HdhvrmFuMMU0z7WQl/s1600/WhatsApp+Image+2018-02-02+at+09.55.08.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="908" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOEMlPWXT8q14Wyg79jvbeI8m48Utezu-FPO_vRH5psmDGslnaYnP4_UlNwE_-KkwD0paqMMRvY-BWlOT9F3uX_-uFuxmKx4qMY0us5GBIlXjjR7g8VuhPYaK79f3HdhvrmFuMMU0z7WQl/s400/WhatsApp+Image+2018-02-02+at+09.55.08.jpg" width="282" /></a></div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Btw, dari review buku rokok pertama sampai ketiga kenapa bukunya pdf-an
semua yak :p terkesan ga modal gitu :p baeklah, gosah protes ini aku
udah prin bukunya<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrPsn1DSqTMByl-6SaG6hp26v2Zcq3kyVMNfcXoSMQJ5RiJ4cqPDvYVVUhbznRq_AuWK0ek0_f2ME4jSN3LHqExQxQa_JKPaX0_7keW4emvEdT5auAmqIeHlGtJxEZz2QcfAdcVQFDYrWi/s1600/WhatsApp+Image+2018-02-02+at+09.55.08%25281%2529.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrPsn1DSqTMByl-6SaG6hp26v2Zcq3kyVMNfcXoSMQJ5RiJ4cqPDvYVVUhbznRq_AuWK0ek0_f2ME4jSN3LHqExQxQa_JKPaX0_7keW4emvEdT5auAmqIeHlGtJxEZz2QcfAdcVQFDYrWi/s400/WhatsApp+Image+2018-02-02+at+09.55.08%25281%2529.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Udah puas kaaan? Lagi-lagi buku ini adalah lanjutan dari review kemarin,
jadi buku yang saya review 3 bulan terakhir ini semacam <b>'Trilogi Rokok'</b>, pengkajian rokok dalam 3 poros, yang pertama rokok dalam perspektif politik <span style="color: #38761d;"> <a href="http://www.perempuanmembaca.com/2018/01/review-buku-nicotine-war-wanda-hamilton.html" target="_blank">"Nicotine War"</a></span>, kedua rokok dalam perspektif gender <span style="color: #990000;"><a href="http://www.perempuanmembaca.com/2018/01/review-perempuan-berbicara-kretek-abmi.html" target="_blank">"Perempuan Berbicara Kretek"</a></span>, yang terakhir adalah rokok dalam perspektif Fiqh "Tanbihul Ikhwan".<br />
<br />
Tidak bisa dipungkiri bahwa rokok adalah kebiasaan sekelompok orang
sejak zaman dulu, kebiasaan merokok ini merupakan bagian dari
kebudayaan, sedangkan rokok tidak ditemukan dalam Al-Qur'an, Hadits,
juga tidak ada pada zaman sahabat dan tabi'in, maka dari itu para Ulama 4
Madzhab berbeda dalam mengijtihadi (menggali hukum) rokok, rokok disini
dibahasakan dengan "dukhon" dalam bahasa arab artinya adalah asap. Ada
ulama yang mengatakan haram, ada yang membolehkan (mubah), dan ada yang
memberikan hukum makruh.<br />
<br />
Perbedaan hukum semacam itu di kalangan ilmu pengetahuan islam sangatlah
wajar, tidak lantas menjadi masing-masing dari mereka
berbantah-bantahan, atau bahkan menyalah-nyalahkan fatwa-fatwa tersebut
:)))) sebagaimana kaidah fiqh bahwa "ijtihad ulama satu tidak dapat
dibatalkan oleh ijtihad ulama yang lain"<br />
<br />
Saya jadi ingat dengan Habib Husein Ibn Syeikh Abu Bakar bin Salim,
Ulama besar di Hadramaut, saking bencinya sama rokok, beliau membeli
semua perkebunan tembakau lalu membakarnya, cucunya saat itu ada di
Jakarta, dia merokok, saat ditanya mengapa kamu berbeda dengan kakekmu?
Cucu Sang Habib dengan santai bilang "kakekku kan kaya raya, jadi dia
bakar semua perkebunan tanaman rokok, kalau akan kan gak kaya, jadi
bakarnya satu-satu aja".. Saya jadi mikir, apakah perokok itu bisa
mencerdaskan IQ atau justru perokok bisa bikin orang pinter ngeles 😂<br />
<br />
Ada 93 kitab baik yang dicetak ataupun yang hanya berupa
manuskrip-manuskrip karangan ulama nusantara yang dipakai referensi
muallif (penulis). </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini menyajikan beberapa hukum yang diambil oleh Para Ulama dengan
begitu gamblang, disertai dengan diskusi-diskusi seputar hukum yang
dipaparkan.<br />
<br />
Mojokerto, 6 Maret 2018</div>
Uswahhttp://www.blogger.com/profile/13806757722289257296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1406466405384543707.post-48690950292141906532019-04-13T01:48:00.000-07:002019-04-20T01:07:51.545-07:00Ketika Perempuan Merokok<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwqJuKP5cKd9TBlLU7mczr1wtPfSZB4bvBrjWj95eeIhakdrJuqdgIl2Tz5ME-frQSh9fOmPEPcX9Y6DzM6U1Xzm-hmFs4rnN9IIkefkHgtfdbttCE8MdViw7eQHx-dNIystr719EoMHo/s1600/WhatsApp+Image+2018-01-28+at+13.18.34.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="876" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwqJuKP5cKd9TBlLU7mczr1wtPfSZB4bvBrjWj95eeIhakdrJuqdgIl2Tz5ME-frQSh9fOmPEPcX9Y6DzM6U1Xzm-hmFs4rnN9IIkefkHgtfdbttCE8MdViw7eQHx-dNIystr719EoMHo/s400/WhatsApp+Image+2018-01-28+at+13.18.34.jpg" width="273" /></a></div>
<b>Judul Buku: Perempuan Berbicara Kretek</b><br />
<b>Pengarang: Abmi Handayani, dkk</b><br />
<b>Penerbit: Indonesia Berdikari</b><br />
<b>Tahun Terbit: 2012</b><br />
<b>Genre: Nonfiksi</b><br />
<b>Jumlah Halaman: 320 (versi pdf)</b><br />
<b>Nama Pe-review: Uswah</b><br />
Buku bisa di download di <a href="http://bukukretek.com/files/ju138g/perempuan-bicara-kretek.pdf"><cite class="_Rm">bukukretek.com/files/ju138g/perempuan-bicara-kretek.pdf</cite></a> <br />
<br />
Kalau boleh saya bilang, buku ini semacam 'sequel' dari lanjutan review saya bulan lalu yang berjudul<span style="color: #990000;"> <span style="color: #660000;"><a href="http://www.perempuanmembaca.com/2018/01/review-buku-nicotine-war-wanda-hamilton.html" target="_blank"><b>Nicotine War karya Wanda Hamilton</b></a></span></span>,
namun pada review kali ini lebih spesifik mengangkat tema gender. Cover
buku ini juga sangat eksotis, dengan batang sembilan senti diapit di
antara jemari-jemari lentik. Masih dengan bahasan yang sama yakni rokok
atau kretek, sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara rokok dan
kretek, tapi di masyarakat kita mafhum dengan rokok adalah yang
berbungkus putih dan ada filter (rokok putih) sedangkan kretek adalah
rokok tanpa filter. Agaknya kretek mengalami generalisasi makna menjadi
rokok, baik itu filter atau tanpa filter. <b><span style="color: blue;"> </span></b><br />
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b>
Buku ini terdiri dari 4 bab: Bab pertama membahas tentang ritus
keseharian, bab kedua membahas tentang perempuan di simpang stigma,
ketiga dalam pusaran arus zaman dan keempat tentang kretek, budaya dan
keindonesiaan.<br />
<br />
Buku ini tidak hanya ditulis oleh Abmi Handayani, tapi juga ditulis
rombongan, jadi ini nulis buku kayak mau umroh. Penulisnya banyak yang
dari kalangan perempuan dan sebagian dari mereka perokok, membaca buku
ini harus slowwww terutama buat mereka yang udah antipati sama rokok,
kalau ada orang yang pertama kali disebutkan kata rokok udah batuk-batuk
mending gak usah baca daripada makin alergi. <br />
<br />
Disini, di Negara kita ini, benda mati pun punya jenis kelamin. Malam
itu laki-laki, kopi itu laki-laki, rokok pun juga laki-laki. (Niken
Wresthi), lalu apa jadinya jika benda-benda mati tersebut diambil alih
oleh seorang perempuan? Perempuan keluar malam? Perempuan ngopi? Dan,
perempuan merokok?<br />
<br />
Tentang ritus keseharian perokok, kita tahu sendiri kan bagaimana stigma
yang diberikan oleh perokok-perokok? Boomingnya berbagai kerugian yang
dihasilkan dari asap rokok? Dan saat kampanye-kampanye kesehatan
diujarkan dengan penuh fasih tentang rokok. Padahal ketika kita bisa
jujur membuka data dari BAPENAS (Badan Pembangunan Nasional) yang
menyebutkan bahwa setiap kali kendaraan mengeluarkan asap sekitar 1.000
unsur beracun mengotori udara. Di antara zat yang membahayakan itu
adalah Karbon Monooksida (CO), timbal (Pb), NO dan Ozon (O3). Zat-zat
berbahaya tersebut jika kita perinci dari sisi medis, dapat menimbulkan
berbagai penyakit kronis bagi manusia. Trus ntar kalau ada yang kena
penyakit kanker, gangguan janin, perempuan mandul dan impoten yang
disalahin cuma rokok? Hellaaw. Sekarang banyak orang berlomba-lomba cari
uang di kota, sawah digeser jadi jalan raya, akibatnya permintaan
kendaraan bermotor meningkat, lalu yang dianggap sebagai monster yang
paling menyeramkan dalam kehidupan adalah rokok? Pemerintah bilang udah
ada reboisasi di kota sebagai penyeimbang asap kendaraan yang bikin
sesak naujubilah. Tapi nyatanya tidak ada yang bisa menekan laju
perkembangan dealer yang menghasilkan 12 juta kendaraan lebih di tiap
tahunnya. <br />
<br />
Ada yang menarik pada bagian “rokok dan jilbab” di bab kedua, perempuan
yang muslim tapi lepas jilbab aja udah dibully, lah ini perempuan pake
jilbab sekaligus merokok. Ya ampun, ribet amat mau jadi perempuan, ganti
kelamin pun dikatain. Ketika diadakan wawancara di beberapa orang
tentang bagaimana pandangannya jika ada seorang perempuan berjilbab
merokok? Sebagian menjawab tidak pantas, pasti perempuan nakal, dan yang
paling ekstrim nyinyiran “lepas dulu jilbabnya baru merokok”, padahal
kalau kita mau meninjau lebih jauh ya tidak ada hubungannya rokok dengan
bobroknya moral, di buku ini juga mengulas tentang perempuan-perempuan
pengkretek yang mereka ini bukan broken home, bukan perempuan dengan
pergaulan bebas dan narkoba. Bahkan, di antara mereka ada yang memiliki
prestasi dan karir yang baik juga ibu rumah tangga yang menjalankan
kewajibannya dengan baik. Pernyataan seperti ini sama lucunya dengan
orang yang bilang “lepas dulu celana dalamnya baru makan nasi goreng” :(
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jadi inget temen saya bilang melarang perokok laki-laki untuk berhenti
merokok sama halnya melarang perempuan nggosip, yaelah kok kesel yah
dengernya, meskipun bener juga. Melarang perempuan perokok untuk
berhenti merokok apakah bernilai mustahil mutlak mengingat wanita selalu
benar :P<br />
<br />
Dari 5 bintang, saya kasih 4 bintang untuk buku ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan ini diterbitkan di perempuanmembaca.com </div>
Uswahhttp://www.blogger.com/profile/13806757722289257296noreply@blogger.com0