Nama Buku: Kiai Kantong Bolong (Refleksi Kisah-Kisah Kepemimpinan Bangsa)
Penulis: Rijal Mumazziq Zionis
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2017
Genre: Nonfiksi, Biografi
Jumlah Halaman: 308
Pereview: Uswah
Review bulan Maret 2018
Apa yang anda fikirkan ketika status-status di facebook jadi buku? Pasti
penasaran status macam apa yang bisa sampe jadi buku tebalnya 308
halaman? 😮 Saya menyebutnya "Bukan Status Biasa" 😁
Buku yang saya dapatkan langsung dari penulisnya ini merupakan kumpulan
status facebook penulis, kalau lihat jumlah halaman dan ketebalan buku
pasti mikir kan ini kumpulan status facebook selama berapa tahun? Saya
juga kurang tahu status sejak tahun berapa penulis -berkat dorongan beberapa pihak- akhirnya
mengabadikan postingannya dalam sebuah karya buku, tapi buku ini tidak
seluruhnya tertulis letterleg seperti status di facebook, boleh
dibilang semacam syarah dari status-status facebook yang disertai dengan referensi ilmiah dalam setiap pembahasannya. 😀
Saya berteman dengan Gus Rijal Mumazziq Zionis tidak hanya di sosmed,
beliau kakak angkatan saya di UINSA (dulu IAIN Sunan Ampel) dan saya
aktif mengikuti status-statusnya yang sangat mencerahkan, tidak plagiat
juga lain dari yang lain 😄 kebanyakan isinya banyolan-banyolan
menanggapi peristiwa kekinian, baik itu isu politik, agama ataupun
sosial. Gaya penulisannya memang disetting ngakakable, bikin
pembacanya ngakak online 😂, sebagaimana yang dituliskan di bukunya hal.
295 tentang cara cerdas melawan permusuhan adalah dengan 3 cara, pertama membalas dengan telak, kedua membalas dengan cinta kasih dan yang ketiga membalas
dengan kocak. Demi apa serius baca status panjang bin lebar tentang
politik pada akhir tulisannya ditambahi caption “siapakah nama ayah
Jarjit?", atau "turunkan harga kinderjoy!" 😆 Tak kenal maka tak sayang,
temen-temen bisa jadi follower (kuota konfirm teman sudah full) Gus
Rijal di akun facebooknya Rijal Mumazziq Z
untuk mencerahkan timeline klean yang mulai tidak sehat paska pilpres
dan pilkada. (Wait.. Ini review buku apa review akun fb yak 😝). Ya
sudah, anggap saja itu tadi muqoddimah dan penjelasan tentang
sebab-sebab launchingnya buku.
Judul "Kiai Kantong Bolong" terinspirasi dari Cak Nun dengan falsafahnya
ketika menceritakan sosok Petruk, Kantong Bolong bermakna kekosongan
jiwa, tidak dipenuhi dengan syahwat, karena yang terisi akan dibiaskan
kembali, kantong bolong juga bermakna saku yang berlubang, setiap
pemberian akan diberikan, sehingga tidak akan ada keduniawian yang
nyangkut di hati. (hal. 163)
Mengutip dawuh KH. Muwafiq, kita ini tidak usah jauh-jauh meniru akhlak
Kanjeng Nabi, karena Kanjeng Nabi itu akhlaknya paripurna, kita ini cuma
kecipratan sedikit akhlaknya poro sesepuh dan alim ulama yang merupakan
pewaris akhlak Nabi. Pesan Yai Muwafiq ini saya amini saat membaca buku
ini, saya dibikin mewek di kesan pertama membaca manusia-manusia langit
(hal. 1), lha piye ndak mewek? Manusia-manusia langit adalah
kisah mereka yang memiliki kedalaman mata batin dalam menilai sesuatu,
mana barang-barang yang dihasilkan dari pekerjaan yang haram, mana
barang-barang yang mengandung syubhat dan mana barang-barang yang bukan
hak milik, saya menyebutnya mukasyafah, kisah-kisah unik disini bikin
merinding, tentang bensin bau amis, tangan mendadak stroke karena
memegang cangkir wedang yang rukun jual belinya belum sempurna, dsb. Hal
macam ini bagi saya khususnya mungkin hal yang sepele, tapi para
sesepuh dan alim ulama atau bahkan orang tua kita sangat berhati-hati
sekali, karena tubuh yang menerima barang halal akan memudahkan
seseorang dalam berwusul ilallah dan beramal. Sesuai dengan filosofi
Kantong Bolong.
Setelah rampung membaca manusia-manusia langit, saya lalu dikenalkan
dengan KH Achmad Zaini Syafawi yang disebut-sebut "Lelaki yang tidak
punya duri di hatinya", juga penjabaran Cak Nun tentang "manusia yang
selesai dengan dirinya sendiri", dan banyak lagi kisah-kisah keteladanan
yang dikupas dengan begitu dramatis, tidak hanya membahas tentang
keteladanan Ulama Nusantara dan Pemimpin-Pemimpin Bangsa seperti
Presiden Soekarno, Presiden Gus Dur, Presiden Jokowi, Ignasius Jonan,
Bung Hatta, Bu Risma dalam The Power of Emak yang jadi pembahasan
favorit saya juga dituang di buku ini, Muhammad Ali, Nelson Mandela,
tokoh-tokoh luar negri yang menginspirasi juga diulas dengan begitu
apik. Film-film Hollywood dan Bollywood tidak luput dibidik disini.
Di sisi lain, ada sosok-sosok khumul, yang memilih berjuang di
balik layar, bukan singa-singa podium yang mengujar dan mengajar
kebaikan di atas panggung, mereka adalah perawat jenazah-jenazah yang
tidak terawat, yang diasingkan orang lain, yang tak bertuan, sang
penggerak tersebut adalah Mas Chabib Wibowo, dengan kebajikan yang sama,
di Pakistan ada Maulana Abdussattar Edhi, ada pula pesantren Milinium
Roudlotul Jannah asuhan Gus Mad yang merawat ratusan bayi terlantar atau
bayi dibuang dan anak yatim, atau Ponpes Metal Kyai Abu Bakar Cholil
yang merawat anak terlantar, pecandu narkoba, orang gila. Di tengah
gemerlap dunia prostitusi, ada sosok yang dengan sabar selama puluhan
taun menjadi murabbirruh bagi para PSK. Dialah Kyai Khoiron Syuaib, yang
berdakwah dengan ramah, bukan dengan marah.
Membaca buku ini serasa membaca rentetan tawassul, sebab setelah membaca
kisah yang inspiratif dari sosok-sosok manusia inspiratif hati
senantiasa tergerak mengirimkan fatihah. Di samping itu, saya bersyukur
karena mengetahui masih banyak Kiai-kiai kantong bolong juga
manusia-manusia langit di dunia ini.
Mojokerto, 01 April 2018